Featured

Everyday is Mother’s Day

Hai insan mulia yang berjalan di atas muka bumi
Jika kau merasa bangga akan adanya dirimu saat ini
Maka tengoklah ke balakang
Ingatkah kau pada bahu-bahu itu?
Bahu yang menopangmu tanpa lelah
Bahu tempatmu bersandar di kala lemah
Bahu yang tak pernah berharap balas

Bahu-bahu itu kini mulai renta
Telah rapuh dimakan usia
Bahu milik ayah dan bunda tercinta

Sudahkah kau berdoa untuk kesehatannya?
Sudahkah kau menyapanya dengan cinta?
Sudahkah kau tanyakan kabarnya?
Sudahkah kau tersenyum padanya?

Everyday is mother’s day…
…Everyday is father’s day

My Mom & Dad

Cinta yang Pergi

Jika cinta memilih pergi
Biarkanlah ia bebas menari
Mencari hati yg ingin ia tinggali

Tak perlu ragu dalam hati
Karena cinta yang lain akan segera menghampiri
Membawa sejuta romantika dan manisnya janji

Jika cinta tak memilihmu
Maka ia bukan untukmu

Bahwa luka terasa lara
Itu tak bisa dipungkiri

Tapi hati yg terluka akan belajar mengobati
Belajar untuk tidak menyakiti
Karena ia tahu pedih itu perih

Luluran dengan Cara yang Benar

Padahal dari kemarin gue terus merongrong salah satu penghuni kosan “Wisma Viltra” untuk nganterin gue ke salah satu toko kecantikan. Sebenarnya nggak ada sesuatu spesifik yang ingin dibeli. Pokoknya datang dulu, lihat-lihat, beli yang menarik atau mungkin pengen, atau butuh? Tapi nggak kesampaian juga sampe hari ini. Dan tadi sore bocah-bocah kosan pada luluran. Ngajakin gue. Dari mulai ngerayu-rayu, maksa-maksa, nggak mempan. Gue masih anteng di kasur.

“Kemarin ngajak-ngajak, sekarang disuruh pakai lulur aja susah bener”, keluh sang bocah yang gue rongrong dari kemarin. Pengen sih nyoba luluran, tapi susah banget keluar dari zona empuk ini.

Akhirnya gue luluran juga setelah diseret dengan paksa dari kasur ditambah serangan kitikan yang bertubi-tubi. Nyerah deh gue.

It’s the first time in my life, luluran (dengan cara yang bener). Dulu gue salah pakai. Dan tahu nggak rasanya gimana?

Gue baru tahu kalau luluran ternyata menyakitkan. Sakit. Serius dah. Continue reading

Yang Namanya Adik Itu…

Postingan kali ini adalah sesi curhat. Gosip mungkin, ngomongin para adik. Yang ngerasa kakak-kakak, yuk gabung.

Jadi begini ceritanya, ada satu yang paling gua sebelin dari adik gua. Suka make barang gua tanpa pamit. Jadi pas guanya mau make, keliling muter-muter nyarinya kagak ada. Tahunya lagi dipakai dia. Atau terpuruk di ember cucian kotor (kalau baju). Yang dimaksud dia di sini adalah adik gua yang paling manis se-Indonesia. Soalnya adik cewek gua cuma satu se-Indonesia.

Waktu lagi ngobrol-ngobrol ama anak kosan yang juga anak sulung dan punya adik perempuan, dia curhat tentang kelakuan adiknya yang sama persis dengan kelakuan adik gua. Dan saat ngobrol ma adik tingkat gua yang anak bungsu dengan santainya dia bilang,” Namanya adik ya begitu kak. Sukanya pakai baju kakaknya. Aku gitu kalau di rumah.”

Sampelnya baru tiga sih.. Tapi mbah Sensen bisa mereka-reka kalau yang namanya adik itu suka pakai barang kakaknya. Gratis. Tidak perlu beli selama punya kakak masih ada. Dan bisa dipakai kapan pun kalau butuh.

Gimana cara ngatasin adik-adik model kayak gini? Kalau dengan omelan dijamin nggak bakal mempan. Sekian hari setelah diomelin juga bakal berani pinjem lagi. Jadi cara paling ampuh adalah membeli model yang dia tidak suka. Untungnya adik gua sukanya yang simpel-simpel, jadi baju-baju gua yang simpel-simpel gua ikhlaskan sajalah. Sekarang kalau beli baju sengaja nyari yang heboh dan rame. Berlaku untuk barang-barang yang lain juga. Tapi kalau untuk barang-barang seperti tas, sepatu/sandal, bross, gua gak terlalu ambil pusing kalau dipinjam.  Soalnya yang biasanya dipinjam bukan yang sering gua pakai atau lagi gak pengen gua pakai. Sekali dipakai adik gua, bakal dipakai terus. Kalau sudah begitu ikhlaskan saja. Biasanya gak bakal balik lagi.

Sekian curhatannya. See u in curhat berikutnya.. Enaknya ngomongin apa ya?

Mudik Nyaman dengan Bus

Mudik, tradisi yang satu ini baru bisa dirasakan setelah kuliah di Bogor. Waktu masih tumbuh besar dan hidup di Papua, gue tidak kenal  dengan yang namanya mudik apalagi ngerasain. Kalau lihat berita di TV cuma bisa geleng-geleng kepala dan bersyukur tidak perlu capek-capek dan macet-macetan mudik menjelang lebaran. Nah, karena sekarang gue kuliah di Bogor, jadilah gue sudah lima tahun ini ngerasain mudik.

Dan tiap tahun, karena selalu mudik ke tempat yang berbeda, jadi punya cerita sendiri-sendiri. Pusingnya itu kalau pergi ke tempat yang belum pernah didatangi, jadi Tidak kenal dengan jalannya. Tidak bisa mengira-ngira sudah mau nyampe atau masih jauh. Mana gue doyan molor lagi. Jadi sudah dua kali kejadian nyasar karena ketiduran waktu perjalanan jauh. Dan, hape gue mati. Untung gue selalu selamat. Sujud syukur.

Jadi, buat yang mudik dan perjalanan jauh dengan menggunakan angkutan umum bus, gue punya beberapa saran:

1. Carger hape sampe baterai full terutama buat yang tidak punya Powerbank.

2. Usahakan jangan pergi sendiri. Jadi kalo yang satu molor, yang satu bangun. Yang satu hapenya koid, yang satu masih hidup.

3. Bawa bekal sendiri makanan dari rumah. Karena macet, jadi mungkin susah diperkirakan kapan bus akan berhenti untuk makan. Apalagi bagi yang puasa.

4. Jangan gunakan perhiasan yang mencolok karena akan jadi sasaran para pelaku kejahatan.

5. Ini yang paling penting, jangan pasang tampang oon atau bingung. Sekalipun nyasar/gak tahu arah, tetap pasang tampang cool. Jangan panik. Bertanyalah pada orang yang kira-kira bisa dipercaya.