Cerpen

Sudah lama rasanya tidak membaca cerpen, lalu teringat salah satu rubrik cerpen yang saya sukai, cerpen kompas. Search di google, dan ini rekomendasi saya

Tangan-tangan buntung

Tidak mungkin sebuah negara dipimpin oleh orang gila, tidak mungkin pula sebuah negara sama-sekali tidak mempunyai pemimpin. (silakan baca)

Kalimat yang sangat menggelitik dan menggoda untuk dibaca. Saya suka hal berat yang dikemas menjadi ringan dan renyah untuk dibaca. Great job. Cerpen ini bercerita tentang Presiden Nirdawat yang memimpin negara yang namanya selalu berubah-ubah sesuai dengan nama Presidennya, begitupun bendera dan lagu kebangsaanya. Undang-undang yang dicurangi, nepotisme yang ditutup-tutupi, dan diakhirnya menyindir Indonesia.

“… di negara yang sangat makmur ini, banyak pemimpin bertangan buntung. Hukum memang tegas: barang siapa mencuri uang rakyat, harus dihukum potong tangan. … ternyata, para pemimpin buntung justru bangga. Kendati mereka kena hukuman potong tangan, mereka tetap bisa menjadi pemimpin, dan tetap dihormati.”

Bu Geni di Bulan Desember

Bagi Bu Geni, semua bulan adalah Desember. Bulan lalu, sekarang ini, atau bulan depan berarti Desember. Maka kalau berhubungan dengannya, lebih baik tidak berpatokan kepada tanggal, melainkan hari. Kalau mengundang bilang saja Jumat dua Jumat lagi. Kalau mengatakan tanggal 17, bisa repot. Karena tanggal 17 belum tentu jatuh hari Jumat. Kalau memesan tanggal 17, bisa-bisa Bu Geni tidak datang sesuai hari yang dijanjikan. (silakan baca)

Karakter yang unik dan memaksa rasa penasaran untuk mengintip kesehariannya. Bu Geni memiliki pola pikir yang nyentrik.  Wanita yang tidak terikat waktu kecuali pada Bulan Desember ini justru menganggap perkawinan sebuah keanehan. Padahal dirinya adalah perias pengantin. Bu Geni bisa merias manusia, mayat, patung pengantin, pepohonan juga kerbau. Ia selalu merias dengan bersungguh-sungguh.

Bukit Mawar

Namanya Arjuna. Laki-laki, kurus, bujangan, 45 tahun-an. Ada yang memanggilnya ”Mas Ar”, ada juga yang memanggilnya dengan ”Kang Juna”. Siapa yang benar? Kurasa dua-duanya benar, karena Arjuna hanya tersenyum. (silakan baca)

Arjuna berperawakan kurus. Wajahnya tampak layu berhiaskan bopeng bekas cacar, sedangkan  rambutnya lurus, tipis, dan berantakan. Jauh dari tampan. Namun sungguh rupawan pola pikirnya. Mencintai mawar dengan tulus dan sederhana. Dia tidak mengizinkan tanahnya dibeli dengan harga 2 Milyar untuk dibangun mall demi mawar-mawarnya. Dengan bukit mawarnya, “Arjuna bukan hanya membangun keajaiban, bukan juga membangun mimpi, tetapi harapan bagi orang banyak.” Kisah yang inspiratif. Terkadang kita perlu bertindak benar meskipun itu gila dan nekat.

Ular Randu Alas

Tersembunyi kisah rahasia pada sebatang pohon randu alas tua. Tak seorang pun berani menebangnya. Seabad sudah pohon randu alas itu berumur. Aku menduga, pohon randu alas yang menjulang kokoh di tepi jalan pertigaan menuju perumahan tempat tinggalku berumur lebih dari seabad. (silakan baca)

Elemen paling menarik dalam cerpen ini adalah twist ending. Pembaca yang memutuskan apakah tokoh “aku” mati atau hidup.

Sebenarnya banyak cerpen-cerpen kompas lainnya yang bagus, tapi yang paling berkesan bagi saya adalah ini. Selamat membaca 🙂

Leave a comment