Luluran dengan Cara yang Benar

Padahal dari kemarin gue terus merongrong salah satu penghuni kosan “Wisma Viltra” untuk nganterin gue ke salah satu toko kecantikan. Sebenarnya nggak ada sesuatu spesifik yang ingin dibeli. Pokoknya datang dulu, lihat-lihat, beli yang menarik atau mungkin pengen, atau butuh? Tapi nggak kesampaian juga sampe hari ini. Dan tadi sore bocah-bocah kosan pada luluran. Ngajakin gue. Dari mulai ngerayu-rayu, maksa-maksa, nggak mempan. Gue masih anteng di kasur.

“Kemarin ngajak-ngajak, sekarang disuruh pakai lulur aja susah bener”, keluh sang bocah yang gue rongrong dari kemarin. Pengen sih nyoba luluran, tapi susah banget keluar dari zona empuk ini.

Akhirnya gue luluran juga setelah diseret dengan paksa dari kasur ditambah serangan kitikan yang bertubi-tubi. Nyerah deh gue.

It’s the first time in my life, luluran (dengan cara yang bener). Dulu gue salah pakai. Dan tahu nggak rasanya gimana?

Gue baru tahu kalau luluran ternyata menyakitkan. Sakit. Serius dah. Continue reading

Yang Namanya Adik Itu…

Postingan kali ini adalah sesi curhat. Gosip mungkin, ngomongin para adik. Yang ngerasa kakak-kakak, yuk gabung.

Jadi begini ceritanya, ada satu yang paling gua sebelin dari adik gua. Suka make barang gua tanpa pamit. Jadi pas guanya mau make, keliling muter-muter nyarinya kagak ada. Tahunya lagi dipakai dia. Atau terpuruk di ember cucian kotor (kalau baju). Yang dimaksud dia di sini adalah adik gua yang paling manis se-Indonesia. Soalnya adik cewek gua cuma satu se-Indonesia.

Waktu lagi ngobrol-ngobrol ama anak kosan yang juga anak sulung dan punya adik perempuan, dia curhat tentang kelakuan adiknya yang sama persis dengan kelakuan adik gua. Dan saat ngobrol ma adik tingkat gua yang anak bungsu dengan santainya dia bilang,” Namanya adik ya begitu kak. Sukanya pakai baju kakaknya. Aku gitu kalau di rumah.”

Sampelnya baru tiga sih.. Tapi mbah Sensen bisa mereka-reka kalau yang namanya adik itu suka pakai barang kakaknya. Gratis. Tidak perlu beli selama punya kakak masih ada. Dan bisa dipakai kapan pun kalau butuh.

Gimana cara ngatasin adik-adik model kayak gini? Kalau dengan omelan dijamin nggak bakal mempan. Sekian hari setelah diomelin juga bakal berani pinjem lagi. Jadi cara paling ampuh adalah membeli model yang dia tidak suka. Untungnya adik gua sukanya yang simpel-simpel, jadi baju-baju gua yang simpel-simpel gua ikhlaskan sajalah. Sekarang kalau beli baju sengaja nyari yang heboh dan rame. Berlaku untuk barang-barang yang lain juga. Tapi kalau untuk barang-barang seperti tas, sepatu/sandal, bross, gua gak terlalu ambil pusing kalau dipinjam.  Soalnya yang biasanya dipinjam bukan yang sering gua pakai atau lagi gak pengen gua pakai. Sekali dipakai adik gua, bakal dipakai terus. Kalau sudah begitu ikhlaskan saja. Biasanya gak bakal balik lagi.

Sekian curhatannya. See u in curhat berikutnya.. Enaknya ngomongin apa ya?

Cerpen

Sudah lama rasanya tidak membaca cerpen, lalu teringat salah satu rubrik cerpen yang saya sukai, cerpen kompas. Search di google, dan ini rekomendasi saya

Tangan-tangan buntung

Tidak mungkin sebuah negara dipimpin oleh orang gila, tidak mungkin pula sebuah negara sama-sekali tidak mempunyai pemimpin. (silakan baca)

Kalimat yang sangat menggelitik dan menggoda untuk dibaca. Saya suka hal berat yang dikemas menjadi ringan dan renyah untuk dibaca. Great job. Cerpen ini bercerita tentang Presiden Nirdawat yang memimpin negara yang namanya selalu berubah-ubah sesuai dengan nama Presidennya, begitupun bendera dan lagu kebangsaanya. Undang-undang yang dicurangi, nepotisme yang ditutup-tutupi, dan diakhirnya menyindir Indonesia.

“… di negara yang sangat makmur ini, banyak pemimpin bertangan buntung. Hukum memang tegas: barang siapa mencuri uang rakyat, harus dihukum potong tangan. … ternyata, para pemimpin buntung justru bangga. Kendati mereka kena hukuman potong tangan, mereka tetap bisa menjadi pemimpin, dan tetap dihormati.”

Bu Geni di Bulan Desember

Bagi Bu Geni, semua bulan adalah Desember. Bulan lalu, sekarang ini, atau bulan depan berarti Desember. Maka kalau berhubungan dengannya, lebih baik tidak berpatokan kepada tanggal, melainkan hari. Kalau mengundang bilang saja Jumat dua Jumat lagi. Kalau mengatakan tanggal 17, bisa repot. Karena tanggal 17 belum tentu jatuh hari Jumat. Kalau memesan tanggal 17, bisa-bisa Bu Geni tidak datang sesuai hari yang dijanjikan. (silakan baca)

Karakter yang unik dan memaksa rasa penasaran untuk mengintip kesehariannya. Bu Geni memiliki pola pikir yang nyentrik.  Wanita yang tidak terikat waktu kecuali pada Bulan Desember ini justru menganggap perkawinan sebuah keanehan. Padahal dirinya adalah perias pengantin. Bu Geni bisa merias manusia, mayat, patung pengantin, pepohonan juga kerbau. Ia selalu merias dengan bersungguh-sungguh.

Bukit Mawar

Namanya Arjuna. Laki-laki, kurus, bujangan, 45 tahun-an. Ada yang memanggilnya ”Mas Ar”, ada juga yang memanggilnya dengan ”Kang Juna”. Siapa yang benar? Kurasa dua-duanya benar, karena Arjuna hanya tersenyum. (silakan baca)

Arjuna berperawakan kurus. Wajahnya tampak layu berhiaskan bopeng bekas cacar, sedangkan  rambutnya lurus, tipis, dan berantakan. Jauh dari tampan. Namun sungguh rupawan pola pikirnya. Mencintai mawar dengan tulus dan sederhana. Dia tidak mengizinkan tanahnya dibeli dengan harga 2 Milyar untuk dibangun mall demi mawar-mawarnya. Dengan bukit mawarnya, “Arjuna bukan hanya membangun keajaiban, bukan juga membangun mimpi, tetapi harapan bagi orang banyak.” Kisah yang inspiratif. Terkadang kita perlu bertindak benar meskipun itu gila dan nekat.

Ular Randu Alas

Tersembunyi kisah rahasia pada sebatang pohon randu alas tua. Tak seorang pun berani menebangnya. Seabad sudah pohon randu alas itu berumur. Aku menduga, pohon randu alas yang menjulang kokoh di tepi jalan pertigaan menuju perumahan tempat tinggalku berumur lebih dari seabad. (silakan baca)

Elemen paling menarik dalam cerpen ini adalah twist ending. Pembaca yang memutuskan apakah tokoh “aku” mati atau hidup.

Sebenarnya banyak cerpen-cerpen kompas lainnya yang bagus, tapi yang paling berkesan bagi saya adalah ini. Selamat membaca 🙂

Selalu Ada Kebaikan

Tulisan yang terinspirasi dari sebuah komik.

Alkisah, ada seorang ayah yang membacakan dongeng untuk putrinya. Dongeng Cinderella. Saya yakin sebagian besar pembaca pasti sudah tahu ceritanya.

Seorang gadis jelita yang hidup menderita bersama ibu tiri dan dua saudara tiri. Lalu dengan bantuan ibu peri Cinderella bisa datang ke pesta dansa dan berdansa dengan pangeran. Ketika jam berdentang 12 kali, sihir ibu peri lenyap sehingga Cinderella buru-buru kabur dari istana dan meninggalkan sepatu kaca yang nantinya akan ditemukan pangeran. Pangeran mencari gadis yang ukuran kakinya sama dengan sepatu kaca dan menikahinya. lalu hidup bahagia selamanya.

Yang aneh adalah dalam satu kerajaan tidak ada gadis yang ukuran kakinya sama dengan Cinderella. Tapi bukan itu yang akan dibahas kali ini.

Setelah dongeng selesai dibacakan, sang anak berkomentar bahwa dia tidak menyukai dua saudara tiri Cinderella yang jahat. Lalu sang ayah berkata, ” Tidak ada orang yang benar-benar jahat. Coba kamu cari kebaikan dari kakak-kakak Cinderella”

Si anak mengamati buku dongeng dengan seksama. “Rambut kakak Cinderella sangat indah. Aku rasa di akhir cerita ia bisa berteman baik dengan Cinderella”

Sang ayah mengelus kepala putrinya. “Selalu ada kebaikan dalam diri setiap orang”

Secuplik adegan yang sangat menginspirasi. Menanamkan baik sangka pada anak-anak. Terkesan dengan cara pandang sang ayah yang berbeda dari kebanyak orang.

Inilah nikmat membaca. Baca yuk baca… Banyak segudang ilmu yang kadang sederhana namun ternyata menginspirasi.