Mamaku

Semenjak masih anak-anak, aku menyadari bahwa mamaku adalah ibu yang luar biasa. Ibu yang hebat. Walaupun aku belum dapat mendefinisikan apanya yang luar biasa. Hebat apa yang kumaksud. Aku hanya tahu beliau adalah Ibu terbaik yang bisa dimiliki seorang anak. Ibu yang terbaik bagiku.

Hari berganti hari, aku beranjak dewasa. Logikaku mulai jalan. Dan aku merasakannya selama puluhan tahun. Ya, sekarang aku mengerti betapa luar biasanya mamaku. Mari kuperkenalkan pada wanita yang luar biasa ini.

Beliau adalah seorang anak yang berbakti. Ia menjaga ibunya, yang merupakan nenekku, aku memanggilnya mbah. Aku yakin engkau tahu banyak kasus dimana seorang anak melupakan kebaikan ibunya. Lupa merawatnya dihari tuanya. Lupa bahwa ia dulu pernah begitu rapuh dan memerlukan tangan lain untuk membantunya. Tangan seorang ibu. Tapi itu bukan mamaku.

Beliau adalah seorang istri yang baik. Mama setia mendampingi papa. Meskipun sedang marah, mama tidak pernah absen melakukan pekerjaan rumah tangga. Makanan tersedia sesuai dengan selera masing-masing orang. Tak jarang bisa terdapat 3 macam sayur di rumah. Selalu ada 2 macam sambal. Begitu pun dengan lauknya. Mama tidak bekerja untuk merawat anak-anaknya.

Beliau adalah ibu yang luar biasa. Beliau tahu bagaimana menjadi ibu tanpa pernah belajar. Beliau tidak mendapatkan pelajaran tentang gizi. Tapi beliau menerapkan konsep gizi dirumah. Beliau mengenalkan buku sejak kami kecil, sehingga kami gemar membaca. Mama tak pernah memperlihatkan lukanya pada kami. Tak pernah ku melihat mama mengeluarkan air mata atau menjadi lemah. Mama bersedia berkorban dan kemudian melupakannya, seandainya dihitung maka aku takkan pernah mampu membalasnya.

Beliau adalah teman yang menyenangkan. Saat aku kecil, entah mengapa tetangga-tetanggaku sangat sayang dan perhatian padaku. Lalu sekarang aku tahu, bahwa itu karena orang tuaku. Papa termasuk di sini, tapi karena judulnya mama, jadi kita fokus ke mama dulu ya. Beliau  tahu bagaimana cara menempatkan diri sehingga banyak yang suka dengannya. Beliau tahu bagaimana membuat orang menjadi nyaman tanpa harus merendahkan diri. Dan di sana, di rumahku, tetangga adalah saudara tanpa hubungan darah. Mereka bersedia membantu sebelum kami meminta tolong.

Mamaku, beliau adalah wanita yang tegas, kuat, berani namun hatinya begitu lembut dan murah hati. Beliau adalah orang yang ramah, suka menolong dan berbagi. Kata-kataku ini takkan cukup untuk menggambarkan seperti apa mamaku itu. Tapi jika engkau mengenalnya, aku yakin kau pasti setuju dengan pendapatku.

Ia mungkin tidak seperti para pejuang wanita yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia atau kemerdekaan wanita. Ia hanya Ibu rumah tangga biasa. Namanya mungkin tidak seterkenal dan seharum Ibu Kartini. Kau mungkin tidak mengenalnya. Tapi ia hidup dengan memberikan arti pada orang-orang disekitarnya. Ya, ialah mamaku.

I love you Mom. Aku bangga menjadi anakmu.